Rasa-rasanya di setiap rumah, dalam setiap kotak obat kita, setidaknya ada minimal satu botol Betadine yang memang menjadi rujukan untuk setiap masalah luka luar.
Apalagi seperti saya yang memelihara banyak kucing di rumah.
Betadine adalah salah satu obat wajib mengingat si anabul-anabul kesayangan yang lupa dipotong kukunya, tidak sengaja mendaratkan cakarnya di kulit. Kalau sudah begini, meminta pertanggung jawaban dari si kaki empat hanyalah mimpi. Sehingga satu-satunya cara adalah mengobati sendiri luka karena cakaran tajam kukunya, sambil meringis menahan perih.
Bukan hanya untuk manusia, Betadine kadang juga saya berikan ke beberapa kucing liar yang numpang makan di rumah dan memiliki luka luar. Hanya saja untuk pemberian ke kucing-kucing liar, cairan Betadine saya masukkan ke dalam botol spray, sehingga tinggal disemprotkan ke luka mereka, tentunya dengan pertimbangan luka itu sulit dijilat.
Tentu sebagai produk antiseptik, Betadine yang mengandung bahan aktif povidon-iodin ini sangat mujarab menyembuhkan luka.
Hanya saja kendati sudah menjadi pengguna Betadine sejak kecil, saya baru tahu kalau obat luar yang kerap disebut sebagai obat merah oleh nenek dan kakek saya ini, hadir di Indonesia berkat campur tangan anggota baret merah alias Kopassus.
Apakah benar?
Perjalanan Betadine Sampai Populer di Indonesia
sosok Kahar Tjandra, bos Mahakam |
Bicara Betadine, tentu tak lengkap tanpa menyinggung soal iodin. Apalagi Betadine sendiri hadir sebagai obat antiseptik pengembangan dari iodin alias yodium.
Sekadar informasi, iodin sendiri ditemukan oleh kimiawan Prancis bernama Berdnard Courtois pada tahun 1811. Saat itu iodin masih berupa kristal berwarna gelap.
Barulah pada saat Perang Dunia I tahun 1914-1918, Alexander Fleming selaku ilmuwan Skotlandia, menyadari jika iodin lebih efektif menekan risiko timbulnya gangrene (jaringan mati karena infeksi atau kurangnya aliran darah) pada prajurit perang dibandingkan asam karbol. Kala itu bentuk iodin masihlah tidak stabil dan sulit larut dalam air, sehingga terpaksa ditambah alkohol 70%.
Sekitar tahun 1955, kakak-beradik Shelanski menemukan senyawa povidon-iodin yang terbukti lebih stabil dan superior yang kemudian memicu lahirnya Betadine pada 1958.
Di Indonesia sendiri, kehadiran Betadine tidak lepas dari upaya Kahar Tjandra atau Tjan Ke Hoat. Laki-laki Tionghoa kelahiran Padang ini adalah seorang dokter sekaligus perwira kesehatan di satuan elit RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), yang kini dikenal sebagai Kopassus alias pasukan baret merah.
Pada tahun 1967, Kahar membuka Apotik Mahakam dengan salah satu produk unggulannya adalah obat antiseptik Betadine. Bisnis yang serius digeluti Kahar setelah pensiun akhirnya menjelma menjadi kelompok dagang bergengsi, PT Mahakam Beta Farma. Sekadar informasi, Mahakam adalah produsen sekaligus pemasar tunggal Betadine di Indonesia, lantaran ada di bawah lisensi Mundipharma, sebagai pemilik merek global Betadine.
Tercatat sebagai antiseptik nomer satu di Indonesia oleh ITMA (Indonesia Total Market Audit) 2015, Betadine memang luar biasa populer dan paling dicari saat terluka.
Namun apakah Sahabat Awan tahu kalau Betadine tidak hanya menghasilkan produk perawatan luka?
Ada obat kumur antiseptik yakni Betadine Obat Kumur yang bisa dipakai untuk mencegah sakit tenggorokan, flu, batuk, sariawan, gusi bengkak, bau napas tidak sedap, sampai infeksi rongga pernapasan atas (SARS, MERS-CoV). Di rumah saya, produk ini bahkan jadi hal wajib ketika pandemi Covid-19 melanda.
Lalu ada juga Betadine Feminine Hygiene yang dari namanya saja memang ditujukan untuk kebutuhan perempuan, khususnya perawatan area kewanitaan. Dengan kandungan yang sama seperti Betadine Antiseptic Solution dan Betadine Antiseptic Ointment (salep antiseptik), produk khusus perempuan ini juga mengandung povidon-iodin 10%. Saya juga menggunakannya untuk mengatasi kuman penyebab keputihan, gatal sampai iritasi ringan di area kewanitaan.
Dan terakhir adalah Betadine Antiseptic Skin Cleanser. Pembersih kulit dengan kandungan povidon 7,5% ini bisa mengatasi kuman penyebab penyakit sampai digunakan untuk cuci tangan para dokter sebelum operasi. Keren kan Betadine? Masih banyak juga lho produk-produk lainnya di: https://betadine.co.id/
Jadi, bagaimana cerita Sahabat Awan dengan Betadine?
Sekadar informasi, iodin sendiri ditemukan oleh kimiawan Prancis bernama Berdnard Courtois pada tahun 1811. Saat itu iodin masih berupa kristal berwarna gelap.
Barulah pada saat Perang Dunia I tahun 1914-1918, Alexander Fleming selaku ilmuwan Skotlandia, menyadari jika iodin lebih efektif menekan risiko timbulnya gangrene (jaringan mati karena infeksi atau kurangnya aliran darah) pada prajurit perang dibandingkan asam karbol. Kala itu bentuk iodin masihlah tidak stabil dan sulit larut dalam air, sehingga terpaksa ditambah alkohol 70%.
Sekitar tahun 1955, kakak-beradik Shelanski menemukan senyawa povidon-iodin yang terbukti lebih stabil dan superior yang kemudian memicu lahirnya Betadine pada 1958.
Di Indonesia sendiri, kehadiran Betadine tidak lepas dari upaya Kahar Tjandra atau Tjan Ke Hoat. Laki-laki Tionghoa kelahiran Padang ini adalah seorang dokter sekaligus perwira kesehatan di satuan elit RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), yang kini dikenal sebagai Kopassus alias pasukan baret merah.
Pada tahun 1967, Kahar membuka Apotik Mahakam dengan salah satu produk unggulannya adalah obat antiseptik Betadine. Bisnis yang serius digeluti Kahar setelah pensiun akhirnya menjelma menjadi kelompok dagang bergengsi, PT Mahakam Beta Farma. Sekadar informasi, Mahakam adalah produsen sekaligus pemasar tunggal Betadine di Indonesia, lantaran ada di bawah lisensi Mundipharma, sebagai pemilik merek global Betadine.
Selain Mengobati Luka, Betadine Punya Produk Lain Lho!
Namun apakah Sahabat Awan tahu kalau Betadine tidak hanya menghasilkan produk perawatan luka?
Ada obat kumur antiseptik yakni Betadine Obat Kumur yang bisa dipakai untuk mencegah sakit tenggorokan, flu, batuk, sariawan, gusi bengkak, bau napas tidak sedap, sampai infeksi rongga pernapasan atas (SARS, MERS-CoV). Di rumah saya, produk ini bahkan jadi hal wajib ketika pandemi Covid-19 melanda.
Lalu ada juga Betadine Feminine Hygiene yang dari namanya saja memang ditujukan untuk kebutuhan perempuan, khususnya perawatan area kewanitaan. Dengan kandungan yang sama seperti Betadine Antiseptic Solution dan Betadine Antiseptic Ointment (salep antiseptik), produk khusus perempuan ini juga mengandung povidon-iodin 10%. Saya juga menggunakannya untuk mengatasi kuman penyebab keputihan, gatal sampai iritasi ringan di area kewanitaan.
Dan terakhir adalah Betadine Antiseptic Skin Cleanser. Pembersih kulit dengan kandungan povidon 7,5% ini bisa mengatasi kuman penyebab penyakit sampai digunakan untuk cuci tangan para dokter sebelum operasi. Keren kan Betadine? Masih banyak juga lho produk-produk lainnya di: https://betadine.co.id/
Jadi, bagaimana cerita Sahabat Awan dengan Betadine?
0 Komentar