Ya, wabah corona yang membuat banyaknya kegiatan sosial dibatasi memang memaksa setiap dari kita mengurangi interaksi dengan orang lain. Hasilnya, seluruh kegiatan dipaksa dilakukan dari rumah dengan perantara internet. Mau bekerja? Pakai internet. Berbelanja kebutuhan harian? Pakai internet. Belajar? Pakai internet.
Bagi kita yang berada di kota besar dan selalu merasakan sinyal internet, kondisi ini jelas bukan masalah. Namun bagaimana jika kita berada di pelosok, kawasan kabupaten pedalaman yang sinyal internet tak ditemukan?
Apakah artinya harus menyerah dan terkapar karena pandemi?
Tentu tidak bagi seorang Maman Sulaeman.
Aplikasi yang Lahir dari Kegelisahan Guru Maman
Maman dan aplikasi TMFCBT foto: dokumen pribadi Maman |
Sebagai seorang guru, pandemi memang memaksa Maman untuk melakukan penyesuaian terhadap seluruh kegiatan belajar-mengajar. Kebijakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) memaksa setiap tenaga pengajar menggelar pembelajaran lewat perantara internet. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, PJJ jelas tidak masalah bagi mereka guru dan siswa yang diberkahi sinyal internet mumpuni.
Namun hal berbeda dialami oleh para pelajar dan juga guru di SMK Gondang Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Pekalongan, berbagai kendala pembelajaran daring dialami Maman dan rekan pengajar lain. Terutama saat hendak melakukan penilaian untuk para siswa, seperti ujian tengah semester maupun ujian akhir yang semuanya bermuara pada masalah server di sekolah.
Tak hanya dari sisi guru, para pelajar juga kerap mengeluh atas kualitas sinyal internet di rumah mereka yang buruk, belum lagi tak punya kuota internet. Tentu saja berbagai keluhan yang terus-menerus ini membuat PJJ tidak efektif dan mengancam masa depan pendidikan di SMK Gondang Wonopringgo.
Berangkat dari keresahan itulah, Maman yang berprofesi sebagai guru teknik komputer pun melahirkan aplikasi bernama TCExam Mobile Friendly Computers Based Test (TMFCBT) untuk Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).
Yang menarik, aplikasi TCExam ini awalnya digunakan Maman untuk ujian berbasis komputer dan sudah dia kembangkan sejak tahun 2016. Namun sejak ujian semester di pertengahan tahun 2020 saat wabah corona menggila dan seluruh sekolah di Indonesia menerapkan PJJ, TCExam justru menjadi solusi pembelajaran SMK Gondang Wonopringgo, seperti dilansir IDN Times.
"Saya gelisah karena selama pandemi Covid-19 ini, ada banyak sekali kendala yang dihadapi murid dan sekolah saat pembelajaran daring. Bahkan ada murid yang tidak bisa belajar karena tak mampu membeli kuota data internet atau sinyal internet bermasalah karena rumahnya di pegunungan. Belum lagi kondisi server di sekolah yang terbatas jadi sering terhambat menampilkan soal," cerita Maman.
Ketika aplikasi TMFCBT itu diujicobakan pada tahun 2020, seluruh siswa akhirnya bisa mengikuti ujian sekolah tanpa masalah. Mereka yang tak punya kuota data internet atau sinyal internet buruk tetap dapat mengikutinya. Pihak SMK Gondang Wonopringgo pun tak perlu mengeluarkan dana untuk menambah kapasitas server demi kebutuhan ujian.
Menurut Maman, internet dan sinyal hanya dibutuhkan saat mengirim soal lewat aplikasi WhatsApp atau Bluetooth saja. Berkatnya, ratusan pelajar pun tetap bisa memperoleh haknya sebagai siswa dan para pendidik dapat melakukan kewajibannya tanpa kendala.
Namun hal berbeda dialami oleh para pelajar dan juga guru di SMK Gondang Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Pekalongan, berbagai kendala pembelajaran daring dialami Maman dan rekan pengajar lain. Terutama saat hendak melakukan penilaian untuk para siswa, seperti ujian tengah semester maupun ujian akhir yang semuanya bermuara pada masalah server di sekolah.
Tak hanya dari sisi guru, para pelajar juga kerap mengeluh atas kualitas sinyal internet di rumah mereka yang buruk, belum lagi tak punya kuota internet. Tentu saja berbagai keluhan yang terus-menerus ini membuat PJJ tidak efektif dan mengancam masa depan pendidikan di SMK Gondang Wonopringgo.
Berangkat dari keresahan itulah, Maman yang berprofesi sebagai guru teknik komputer pun melahirkan aplikasi bernama TCExam Mobile Friendly Computers Based Test (TMFCBT) untuk Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).
Yang menarik, aplikasi TCExam ini awalnya digunakan Maman untuk ujian berbasis komputer dan sudah dia kembangkan sejak tahun 2016. Namun sejak ujian semester di pertengahan tahun 2020 saat wabah corona menggila dan seluruh sekolah di Indonesia menerapkan PJJ, TCExam justru menjadi solusi pembelajaran SMK Gondang Wonopringgo, seperti dilansir IDN Times.
"Saya gelisah karena selama pandemi Covid-19 ini, ada banyak sekali kendala yang dihadapi murid dan sekolah saat pembelajaran daring. Bahkan ada murid yang tidak bisa belajar karena tak mampu membeli kuota data internet atau sinyal internet bermasalah karena rumahnya di pegunungan. Belum lagi kondisi server di sekolah yang terbatas jadi sering terhambat menampilkan soal," cerita Maman.
Ketika aplikasi TMFCBT itu diujicobakan pada tahun 2020, seluruh siswa akhirnya bisa mengikuti ujian sekolah tanpa masalah. Mereka yang tak punya kuota data internet atau sinyal internet buruk tetap dapat mengikutinya. Pihak SMK Gondang Wonopringgo pun tak perlu mengeluarkan dana untuk menambah kapasitas server demi kebutuhan ujian.
Menurut Maman, internet dan sinyal hanya dibutuhkan saat mengirim soal lewat aplikasi WhatsApp atau Bluetooth saja. Berkatnya, ratusan pelajar pun tetap bisa memperoleh haknya sebagai siswa dan para pendidik dapat melakukan kewajibannya tanpa kendala.
Inspiratif, Maman Raih SATU Indonesia Awards 2021
Maman dan trofi SIA 2021 foto: dokumen pribadi Maman |
"Karena berhasil, saya akhirnya membagikan aplikasi tanpa sinyal dan tanpa server ini kepada sekolah manapun yang membutuhkan. Saya sangat terbuka kalau ada sekolah dengan kendala pembelajaran daring sama seperti SMK Gondang, sehingga sama-sama mendapat manfaat aplikasi TMFCBT for AKM ini," jelas Maman.
Tak hanya di Jawa Tengah, aplikasi buatan Ayah tiga orang anak ini bahkan sudah digunakan sedikitnya pada 22 sekolah di seluruh Indonesia mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Selatan.
Berkat upayanya itu, guru kelahiran Pekalongan, 7 Juni 1986 ini pun dilirik oleh ASTRA. Ya, suami Anna Rahmawati ini danggap sangat berprestasi dan inspiratif sehingga berhasil memperoleh SATU Indonesia Awards 2021. Maman menunjukkan bukti bahwa pengabdiannya selama 11 tahun sebagai guru di Indonesia, mampu memberikan inspirasi yang jauh lebih besar dan luas, bahkan sampai menembus keterbatasan.
Ke depannya, Maman berhasrat kalau aplikasi yang dibuatnya ini bisa resmi menjadi sistem penilaian belajar di sekolah. Bisakah itu terjadi? Di mana ada niat dan usaha, maka di situ akan ada hasil yang tidak mengkhianati.
Tak hanya di Jawa Tengah, aplikasi buatan Ayah tiga orang anak ini bahkan sudah digunakan sedikitnya pada 22 sekolah di seluruh Indonesia mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Selatan.
Berkat upayanya itu, guru kelahiran Pekalongan, 7 Juni 1986 ini pun dilirik oleh ASTRA. Ya, suami Anna Rahmawati ini danggap sangat berprestasi dan inspiratif sehingga berhasil memperoleh SATU Indonesia Awards 2021. Maman menunjukkan bukti bahwa pengabdiannya selama 11 tahun sebagai guru di Indonesia, mampu memberikan inspirasi yang jauh lebih besar dan luas, bahkan sampai menembus keterbatasan.
Ke depannya, Maman berhasrat kalau aplikasi yang dibuatnya ini bisa resmi menjadi sistem penilaian belajar di sekolah. Bisakah itu terjadi? Di mana ada niat dan usaha, maka di situ akan ada hasil yang tidak mengkhianati.
0 Komentar