foto: Shutterstock |
Sahabat Awan, semakin dekat dengan Idulfitri, tentu ada sesuatu yang sudah mulai muncul di rumah kita.
Apa itu?
Tepat kalau kalian menjawabnya sebagai kue kering. Entah siapa yang mengawali, kue kering selalu menjadi salah satu item wajib ketika Idulfitri dan biasanya bakal diletakkan di ruang tamu sebagai suguhan jika ada tetangga atau kerabat yang datang usai sholat Idulfitri kelak.
Dari banyaknya kue kering yang muncul saat Lebaran, beberapa di antaranya mungkin juga Sahabat Awan sukai seperti nastar, kastengel, putri salju hingga aneka butter cookies. Aku masih ingat saat kecil dulu, almarhum nenekku tidak pernah absen dalam membuat kue kering. Dilakukan beberapa hari jelang Idulfitri, nenekku sampai menghabiskan 1-2 hari untuk memasak kue kering yang nanti dibagikan ke anak-anaknya.
Semenjak nenek meninggal, praktis cookies khas keluarga kami pun sudah tidak pernah muncul lagi. Memang jauh lebih praktis untuk membeli kue kering dan bisa memperolehnya dalam berbagai varian. Salah satu kue kering yang paling sering muncul dan disukai banyak orang adalah nastar. Bahkan si kecil bulat ini tak berlebihan jika disebut sebagai bintangnya kue Lebaran.
Namun Tahukah Kalian Seperti Apa Sejarah Nastar?
foto: Twitter @food_fess |
Usut punya usut, nama nastar sendiri ternyata berasal dari bahasa Belanda yakni ananas (nanas) dan taartjes (kue/tart/pie) bermakna kue tar nanas. Memiliki bentuk bulat-bulat kecil yang berukuran sekitar diameter dua sentimeter, nastar terbuat dari adonan tepung terigu, mentega dan telur yang kemudian diisi oleh selai nanas. Meskipun dalam perkembangannya, isian nastar makin beragam seperti selai stroberi, bluberi hingga cokelat.
Berangkat dari sejarahnya, nastar diyakini berasal dari Belanda seperti dilansir Indonesian Chef Association. Masyarakat Belanda sudah sejak lama sangat menyukai pie. Karena Belanda cukup lama menjajah Indonesia, tak sedikit penduduk Belanda yang tinggal di Indonesia turut membawa kue kesukaan mereka itu dan membuat resepnya sendiri di Tanah Air.
Hanya saja karena di zaman dulu menemukan bluberi dan apel cukup sulit di Indonesia, akhirnya kue-kue pai itu disi dengan buah nanas yang akhirnya berkembang menjadi selai nanas dan dikenal sebagai nastar yang populer saat ini.
Menurut Chef Andreas dari Hotel Noormans Semarang, nastar yang saat ini populer sudah mengalami cukup banyak modifikasi dari bentuk dan adonan awalnya yang dikenal masyarakat Belanda. Kepada Kompas, Andreas menjelaskan jika pie-pie di Belanda diolah dalam loyang besar tapi di Indonesia adonan pie itu menjadi bulatan kecil agar mudah dikonsumsi dan akhirnya jadi nastar.
Bagaimana Sahabat Awan? Ternyata kue yang populer saat Lebaran dan ada di rumahmu ini sudah menjadi saksi sejarah juga, lho!
0 Komentar