Suprianto Haseng, Penjahit Mimpi Anak-Anak Tapal Batas Indonesia

Suprianto Haseng
foto: Instagram Suprianto Haseng

Megabintang sepakbola Cristiano Ronaldo pernah berkata, “Impian bukanlah apa yang kau lihat saat tidur, tapi itu justru adalah sesuatu yang tidak bisa membuatmu tidur,”

Mungkin benar apa kata Ronaldo. Karena ketika ada sesuatu yang benar-benar kita inginkan, impian yang begitu kuat, tentu hal itu akan selalu membuatmu resah dan bahkan enggan beristirahat sebelum mendapatkannya. Kalian akan terus mengejarnya sampai dapat, hingga tak mau berhenti.

Kekuatan tekad itulah yang tampaknya juga dirasakan betul oleh Suprianto Haseng.

Terlahir di Madai Kunak, daerah yang menjadi milik Malaysia, membuat Suprianto memang sudah terbiasa dengan kehidupan perbatasan.  Hal itu juga yang akhirnya menjadikan Suprianto begitu paham dengan berbagai kesulitan yang dialami oleh mereka yang hidup di wilayah perbatasan antar negara, seperti di Pulau Sebatik.

Sebagai bagian dari Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara alias Kaltara, Sebatik adalah pulau yang secara administratif dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Ada lima kecamatan dan 19 desa yang menjadi milik Indonesia di Pulau Sebatik.

Namun seperti halnya kisah-kisah kehidupan di wilayah tapal batas terluar Indonesia, masyarakat Sebatik hidup dalam berbagai keterbatasan termasuk anak-anaknya dalam hal pendidikan terutama literasi.

Hal inilah yang akhirnya menggerakkan nurani Suprianto untuk melakukan sesuatu demi anak-anak generasi muda Sebatik yang masih sama sepertinya, berdarah Indonesia. Melalui sebuah komunitas bernama Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas alias SEJUMI, Suprianto berusaha menjahit asa para penerus bangsa itu.

Berawal di 2017, SEJUMI Tanamkan Budaya Baca di Perbatasan

Anak-anak di Rumah Baca Teras Perbatasan
Kegiatan Rumah Baca Teras Perbatasan foto: dokumentasi Rumah Baca Teras Perbatasan

“Jadi awal berdirinya komunitas SEJUMI ini tahun 2017 waktu saya masih kuliah di Jakarta. Sebagai wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia, di Sebatik itu tidak ada toko buku dan akses internet susah sehingga anak-anak di sana bisa dibilang cukup sulit mendapatkan informasi,” cerita Suprianto.

Dalam wawancaranya bersama Radio Idola Semarang, Suprianto mengenang awal tumbuhnya SEJUMI saat dirinya mulai mengirim buku-buku layak baca ke Sebatik. Lalu kemudian upaya yang awalnya dia lakukan sebagai single fighter itu berkembang semakin besar, hingga berhasil mengumpulkan buku-buku layak baca dari seluruh Indonesia untuk dikirim ke Sebatik.

Setidaknya selama dua tahun lamanya, Suprianto rajin mengirimkan buku-buku layak baca secara rutin. Dia pun menjadi saksi bagaimana anak-anak Sebatik yang hidup dalam kondisi serba terbatas itu begitu gemar membaca buku, sesuatu yang membuat hatinya selalu hangat dan bersedia melakukan berbagai upaya demi anak-anak tapal batas tersebut.

“Saat SEJUMI ini awal berjalan, sudah pasti memang sangat sulit ya apalagi kami mendapat kiriman buku dari seluruh Indonesia jadi memang kewalahan. Hingga akhirnya saya mengajak anak muda di Sebatik yang sudah sekolah di tingkat SMA untuk menjadi relawan. Kami juga mendirikan rumah baca bernama Rumah Baca Teras Perbatasan,” lanjut Suprianto senang.

Bukan tanpa alasan kenapa Suprianto begitu semangat meningkatkan kebiasaan membaca di kalangan anak-anak Sebatik. Karena menurut pria yang lahir pada 31 Januari 1994 itu, membaca adalah cara terbaik untuk belajar dan akhirnya mengubah masa depan. Pengembangan minat baca sendiri bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan, lembaga pengelola informasi, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) hingga perpustakaan baik nasional, umum, atau sekolah.

Anak-anak di Rumah Baca Teras Perbatasan
Kegiatan seru bersama anak-anak Pulau Selayar foto: Instagram Suprianto Haseng

Karena itulah Rumah Baca Teras Perbatasan lahir sebagai bagian dari TBM yang dikelola secara swadaya oleh anak muda Sebatik, yang juga salah satu relawan kepercayaan Suprianto yakni Fatimah. Berlokasi di RT 05, Desa Aji Kuning ini, ada berbagai kegiatan menarik dilakukan oleh Rumah Baca Teras seperti program Kelas Inspirasi, lomba literasi, rumah belajar, sampai One Day One Trash Bag supaya anak-anak Sebatik semakin paham pentingnya menjaga lingkungan.

“Para relawan SEJUMI di Sebatik mayoritas masih sekolah menengah. Mereka itu rela keluar-masuk desa di Sebatik. Tidak hanya membawa buku untuk dibaca, tapi mereka juga ikut mendampingi dan mengenalkan profesi-profesi ke anak kecil seperti polisi, TNI, dokter. Jadi lambat laun anak-anak yang sebelumnya kami dampingi, kini mereka semua sudah semakin berani dan tentunya, bermimpi,” ungkap Suprianto.

SATU Indonesia Awards Ajak Suprianto Bermimpi Lebih Besar  

Suprianto Haseng bersama Ibu-Ibu sore hari. gaj
Suprianto bersama Ibu-Ibu mengenalkan antikorupsi foto: Instagram Suprianto Haseng

Melihat bagaimana SEJUMI bisa tetap konsisten mengenalkan budaya literasi dalam waktu tujuh tahun terakhir, ASTRA pun hadir untuk mengapresiasi seluruh kerja keras yang sudah dilakuan Suprianto dan lainnya.

Di mana tepat pada tahun 2023 kemarin, Suprianto terpilih menjadi salah satu penerima SIA (Satu Indonesia Awards) tingkat provinsi. Sekadar informasi, SIA memang menjadi wujud apresiasi Astra untuk generasi muda yang menjadi pelopor dan melakukan perubahan untuk masyarakat di sekitarnya.

“Buat saya sendiri, penghargaan SIA ini sangat luar biasa sekali. Ini bukanlah untuk saya saja, melainkan juga untuk adik-adik relawan di Sebatik. Karena tanpa mereka semua, SEJUMI dan Rumah Baca Teras Perbatasan ini tidak akan ada. Meskipun ini adalah gerakan yang kecil, tapi saya sangat puas sejauh ini,” kenang Suprianto.

Disinggung mengenai apa harapan dirinya ke depan sebagai pendiri dari SEJUMI, Suprianto pun memberikan jawaban yang cukup diplomati.

“Kalau saya sih inginnya bisa menggerakan lebih banyak orang dan tidak hanya di satu daerah saja. Saya berharap kalau komunitas kami ini bisa menjadi insitusi juga supaya bisa mewujudkan mimpi adik-adik di wilayah perbatasan yang sebelumnya memang sangat sulit untuk mereka,” tutup Suprianto.

Sungguh luar biasa sekali bukan apa yang dilakukan Suprianto?

Suprianto Haseng jelas menjadi contoh bagaimana mimpi itu baru dapat terwujud ketika sudah di tahapan benar-benar ikhlas. Jadi, apakah kalian semua siap melakukan perubahan dan menjadi Suprianto, Suprianto yang baru? 

Posting Komentar

0 Komentar